Senin, 11 Desember 2017

SISWA SMA NEGERI 15 SEMARANG ANGGOTA PASKIBRAKA NASIONAL

SIAPAPUN orang tua pasti akan bangga manakala anaknya mendapatkan tugas sebagai Tim Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka) Merah Putih di Istana Merdeka saat Peringatan Detik-detik Proklamasi ke-70 nanti.

Adalah Tika Permata Murni (16) pelajar SMAN 15 Semarang jalan Kedungmundu Raya 34 Semarang, putri sulung Letnan Satu CPM Triyuwono, Perwira Pemeriksa (Pariksa) Idik Pomdam IV Diponegoro, yang akhirnya ditunjuk mewakili Jawa Tengah bersama Risman pelajar SMK Negeri 2 Klaten untuk bergabung dalam Paskibraka Nasional yang hendak melakukan tugas negara mengibarkan bendera Merah Putih di Istana Negara.

Bagi Triyuwono, tak pernah terpikirkan anaknya dapat terpilih mewakili Jawa Tengah sebagai Paskibraka. Diakuinya, sejak duduk di SD Mahad Islam Semarang, Tika memang sudah akrab dengan baris-bernaris. Bahkan sejak SD itulah Tika sudah memberanikan diri menjadi Paskibraka.

"Saat duduk di SMP pun Tika juga jadi Paskibraka. Melihat minat dan semangatnya tersebut, saya mendukung dan memberikan motivasi kepadanya. Bahkan sebisa dan semampunya saya berikan pelatihan secara khusus tentang baris berbaris. Kedisiplinan pun saya ajarkan hingga mampu mengantarkan Tika masuk dalam seleksi Paskibraka tingkat Kota Semarang hingga lolos tampil di tingkat nasional", ungkap Lettu CPM Triyuwono.

Memaknai Visi Sekolah SMA NEGERI 15 SEMARANG

Setiap sekolah telah mempunyai visi misi yang terpampang di depan atau di tempat strategis gedung sekolah yang bisa dibaca oleh siapapun, baik insan sekolah ataupun tamu yang berkunjung ke sekolah tersebut. Tentunya, warga sekolah pun mempunyai pemahaman yang beragam tentang visi yang telah dilihatnya di setiap sekolah yang dikunjunginya. Ada yang sekadar hafal, ada pula yang mampu memahami implementasi dari visi tersebut, namun ada yang tidak memahami makna visi sekolahnya bahkan ada pula yang tidak hafal visi sekolah.
Hal ini dimungkinkan karena perumusan visi yang terjadi di sekolah saat ini terkesan masih latah (stereotype) dan sekadar pengulangan dari nilai dan prioritas nasional. Dari beberapa sekolah yang bisa kita amati, pada umumnya perumusan visi sekolah cenderung menggunakan rumusan dua kata yang selalu dan hampir demikian yang ditampilkan yaitu “prestasi” dan “iman-taqwa”. Memang tidaklah keliru jika sekolah hendak mengusung visi sekolah dengan merujuk pada kedua nilai tersebut, namun berkesan seragam, kurang spesifik serta kurang inspirasional. Potensi berupa kekuatan dan budaya sekolah justru yang seringkali tidak ditampakkan.
Boleh jadi, hal ini mengindikasikan adanya kesulitan dari sekolah (pemimpin dan warga sekolah sekolah yang bersangkutan) untuk merumuskan visi yang paling tepat bagi sekolahnya, baik kesulitan yang terkait tentang pengertian dasar dari visi itu sendiri maupun kesulitan dalam mengidentifikasi dan merefleksi nilai-nilai utama yang hendak dikembangkan di sekolah. Atau mungkin tidak adanya keterlibatan warga sekolah secara lengkap ketika menyusun visi dan misi sekolah.

Arti Penting Visi
Dalam perspektif manajemen, visi sekolah memiliki arti penting terutama berkaitan dengan keberlanjutan (sustainability) organisasi sekolah itu sendiri, Tanpa visi, organisasi dan orang-orang di dalamnya tidak mempunyai arahan yang jelas, tidak mempunyai cara yang tepat dalam melangkah ke masa depan dan tidak memiliki komitmen.
Saat ini tidak sedikit sekolah yang berjalan secara stagnan dan bahkan terpaksa harus gulung tikar. Hal tersebut sangat mungkin dikarenakan tidak memiliki visi yang jelas alias ‘asal-asalan’ atau setidaknya tidak berusaha fokus dan konsisten terhadap visi yang dicita-citakannya.
Visi bukanlah sekadar slogan berupa kata-kata tanpa makna bahkan bukan sekedar sebuah gambaran konkret yang diberikan oleh pimpinan sekolah, melainkan sebuah rumusan yang dapat memberikan klarifikasi dan artikulasi seperangkat nilai. Dari sudut pandang yang sama visi adalah masa depan yang dipilih, sebuah keadaan yang diinginkan dan merupakan sebuah ekspresi optimisme dalam organisasi. Ada juga yang mengartikan visi sebagai pandangan masa depan yang realistis, kredibel, dan menarik, yang didalamnya tergambarkan cara-cara yang lebih baik dari cara yang sudah ada sebelumnya.

Perlu Pengkajian Mendalam 
Penetapkan visi sekolah memang tidak bisa dilakukan secara sembarangan, tetapi terlebih dahulu diperlukan pengkajian yang mendalam. Perumusan visi yang tepat harus dapat memberikan inspirasi dan memotivasi bagi seluruh warga sekolah dan masyarakat untuk bekerja dengan penuh semangat dan antusias. Visi sangat identik dengan perbaikan sekolah.
Visi merupakan ciri khas peran kepemimpinan dan upaya untuk pembentukan visi sekolah sangat bergantung pada pemimpin sekolah yang bersangkutan. Dalam hal ini kepala sekolah dituntut untuk dapat mengidentifikasi, mengklarifikasi dan mengkomunikasikan nilai-nilai utama yang terkandung dalam visi sekolah kepada seluruh warga sekolah, agar dapat diyakini bersama dan diwujudkan dalam segala aktivitas keseharian di sekolah sehingga pada gilirannya dapat membentuk sebuah budaya sekolah.
Kendati demikian, dalam pembentukan visi sekolah tidak bisa dilakukan secara “top-down” yang bersifat memaksa warga sekolah untuk menerima gagasan dari pemimpinnya (kepala sekolah) yang hanya membuat orang atau anggota membencinya dan merasa enggan untuk berpartisipasi di dalamnya. Indikasinya adalah bahwa visi tidak bisa dipaksakan dan dimandatkan dari atas, pembuatan visi membutuhkan keterlibatan kepentingan dan aspirasi pihak lain.
Lunturnya pemaknaan visi sekolah adalah tidak tercerminnya visi sekolah dalam aktivitas dan dinamika pembelajaran dan kegiatan warga sekolah. Bagaimana mungkin visi sekolah unggul dalam prestasi namun kegiatan yang berkaitan dengan pembelajaran hanya normatif bahkan di bawah standar. Bagaimana mungkin pula visi sekolah ungula dalam takwa namun tidak ada indikasi bahwa sekolah tersebut ,mempunya program yang memacu secara lebih ketakwaan siswa. 
Hal tersebut mengidikasikan bahwa harus ada kesinambungan antar komponen saat menysun RKS (Rencana Kerja Sekolah). Rencana kerja sekolah merupakan rencana yang menyeluruh untuk mengoptimalkan penggunaan sumberdaya sekolah, baik sumber daya manusia maupun sumber daya nonmanusia untuk mencapai tujuan yang diinginkan di masa yang akan datang. Rencana kerja sekolah sepatutnya berorientasi ke masa depan; dan secara jelas mampu menjembatani kesenjangan (gap) antara kondisi yang ada saat ini dan keinginan, harapan atau impian yang ingin dicapai di masa yang akan datang. Rencana kerja sekolah sebenrnya merupakan bentuk lain rencana strategis. Istilah – istilah yang biasa dipakai adalah rencana strategis (Renstra Sekolah), rencana pengembangan sekolah (RPS), dan rencana pengembangan sekolah. 
Setelah semua langkah menuju RKS selesai dilakukan dan memberikan gambaran yang jelas tentang kondisi riil dan kebutuhan yang ingin dikembangkan, maka disusunlah RKS terdiri dari RKJM (Rencana Kerja Jangka Menengah) dan Rencana Kerja Tahunan (RKT) yang disusun atas dasar skala prioritas. Dengan rangkaian langkah yang benar diharapkan visi sekolah memang benar-benar tercermin dalam dinamika dan budaya sekolah. 
Dalam perjalanan waktu, visi dan misi sekolah seringkali berubah seiring dengan pergantian kepala sekolah maupun perubahan kebijakan arah pembangunan sekolah. visi dan misi yang baru ini tentu saja tidak akan diketahui oleh warga sekolah apabila tidak disosialisasikan. Pemasangan visi dan misi pada tempat-tempat strategis di sekolah tentu kurang efektif apabila diakukan pada saat adanya perubahan visi dan misi sekolah. Misalnya saja, orang tua / wali murid yang datang ke sekolah tiap terima rapor saja, pasti dia tidak akan secara cepat mengetahui perubahan visi dan misi sekolah yang telah terjadi saat sebelumnya.
Oleh karena itu, untuk mengatasi hal di atas, perlu diadakan suatu kegiatan atau acara pertemuan baik bagi guru, siswa maupun orang tua wali murid guna menyampaikan secara resmi perubahan visi dan misi sekolah sehingga arah pembangunan sekolah ke depan dapat sinkron dengan peran serta semua komponen warga sekolah. 

Diklat Penelitian Tindakan Kelas di SMA NEGERI 15 SEMARANG

Dalam rangka untuk meningkatkan kinerja guru dan mutu peserta didik dalam memperoleh hasil belajar, dengan dimotori Bapak Kepala Sekolah Soleh Amin S.Pd, M.Pd. SMA Negeri 15 Semarang mengadakan Diklat Penelitian Tindakan Kelas yang bekerja sama dengan UPGRIS. Penelitian tindakan kelas merupakan suatu bentuk penelaahan atau inkuiri melalui refleksi diri yang dilakukan oleh peserta kegiatan pendidikan tertentu seperti guru dan atau kepala sekolah dalam situasi sosial (termasuk pendidikan) untuk memperbaiki rasionalitas dan kebenaran serta keabsahan dari praktik sosial atau kependidikan; pemahaman mengenai praktik tersebut; dan situasi kelembagaan tempat praktik dilaksanakan. Penelitian ini bertujuan untuk menanggulangi masalah atau kesulitan dalam pendidikan dan pengajaran, melaksanakan program pelatihan, memberikan pedoman bagi guru, untuk perbaikan suasana sistem keseluruhan sekolah, dan juga memasukkan unsur-unsur pembaharuan dalam sistem pendidikan dan pengajaran.

Di SMA Negeri 15 Semarang yang beberapa tahun ini memperoleh pendaftar terbanyak dan hanya bisa menampung 10 rombel belajar menerima siswa dari bermacam-macam latar belakang status social dan lingkungan peserta didik yang bermacam-macam harus berusaha keras bagaimana para peserta didik dapat memperoleh peningkatan dalam belajar, peningkatan mutu pendidikan dapat dicapai melalui berbagai cara antara lain: melalui peningkatan kualifikasi pendidik dan tenaga kependidikan lainnya, pelatihan dan pendidikan, atau dengan memberikan kesempatan untuk menyelesaikan masalah pembelajaran dan non pembelajaran secara profesional lewat penelitian tindakan secara terkendali. Upaya peningkatan kualitas pendidik dan tenaga kependidikan lainnya untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi saat menjalankan tugasnya akan memberi dampak positif. Pertama, kemampuan dalam menyelesaikan masalah pendidikan yang nyata akan semakin meningkat. Kedua, penyelesaian masalah pendidikan dan pembelajaran melalui sebuah investigasi terkendali akan dapat meningkatkan kualitas isi, masukan, proses, dan hasil belajar. Ketiga, peningkatan profesionalisme pendidik dan tenaga kependidikan lainnya.

Penelitian Tindakan Kelas atau Class Action Research dikenal dan ramai dibicarakan dalam dunia pendidikan. Pertama kali diperkenalkan oleh ahli psikologi sosial Amerika bernama Kurt Lewin pada tahun 1946. Inti gagasan Lewin inilah yang selanjutnya dikembangkan oleh para ahli lain seperti Stephen Kemmis, Robin Mc Tanggart, John Elliot, Dave Ebbutt, dan sebagainya. PTK di Indonesia baru dikenal pada akhir dekade 80-an. Oleh karenanya, sampai dewasa ini keberadaannya sebagai salah satu jenis penelitian masih sering menjadi perdebatan jika dikaitkan dengan bobot keilmiahannya.

Jenis penelitian ini dapat dilakukan di dalam bidang pengembangan organisasi, manajemen, kesehatan, pendidikan dan sebagainya. Di dalam bidang pendidikan penelitian ini dapat dilakukan dalam skala makro ataupun mikro. Dalam skala mikro misalnya dilakukan di dalam kelas pada waktu berlangsungnya suatu kegiatan belajar-mengajar untuk suatu pokok bahasan tertentu pada suatu mata pelajaran.
Menurut Aqib (2007:13), ada beberapa alasan mengapa PTK merupakan suatu kebutuhan bagi guru untuk meningkatkan profesionalisme guru antara lain:

  • PTK sangat kondusif untuk membuat guru menjadi peka dan tanggap terhadap dinamika pembelajaran di kelasnya. Para guru menjadi reflektif dan kritis terhadap apa yang ia dan muridnya lakukan.
  • PTK dapat meningkatkan kinerja guru sehingga menjadi profesional. Guru tidak lagi sebagai seorang praktisi, yang sudah merasa puas terhadap apa yang dikerjakan selama bertahun-tahun tanpa ada upaya perbaikan dan inovasi, namun juga sebagai peneliti di bidangnya.
  • Dengan melaksanakan tahapan dalam PTK, guru mampu memperbaiki proses pembelajaran melalui suatu kajian yang dalam terhadap apa yang terjadi di kelasnya. Tindakan yang dilakukan guru semata-mata didasarkan pada masalah aktual dan faktual yang berkembang di kelasnya.
  • Pelaksanaan PTK tidak mengganggu tugas pokok seorang guru karena dia tidak perlu meninggalkan kelasnya. PTK merupakan suatu kegiatan penelitian yang terintegrasi dengan pelaksanaan proses pembelajaran.
  • Dengan melaksanakan PTK guru menjadi kreatif karena selalu dituntut untuk melakukan upaya inovasi sebagai implementasi dan adaptasi berbagai teori dan teknik pembelajaran serta bahan ajar yang dipakainya. Dalam setiap kegiatan, guru diharapkan dapat mencermati kekurangan dan mencari berbagai upaya sebagai pemecahan. Guru diharapkan dapat menjiwai dan selalu ’’ber PTK’’.


  • Semoga SMA Negeri 15 Semarang dapat melakukan kegiatan PTK ini dengan lancar dan mampu memberikan sumbangan dalam peningkatan mutu pendidikan yang akhirnya dapat meluluskan siswa-siswi yang punya potensi baik dalam dunia kerja maupun akademik. 

    PENGHARGAAN SISWA BERPRESTASI SMA NEGERI 15 SEMARANG

    Kepala Sekolah SMA 15, Soleh Amin, S.Pd., M.Pd., dalam pelaksanaan apel pagi memberikan penghargaan kepada siswa-siswi kelas XII tahun pelajaran 2016/ 2017 ini yang telah memperoleh nilai tertinggi dalam US maupun USBN, menurut waka kesiswaan Mulyadi Wibowo, S.Pd. terdiri dari 1 siswa dengan nilai Mapel Matematika tertinggi, dan nilai US maupun USBN maple lainnya dengan nilai tertinggi. 

    “Jangan menilai reward dari nominalnya. Tetapi lihatlah betapa kepedulian dari sekolah terhadap prestasi peserta didik. Jadikan prestasi yang telah diraih saat ini menjadi pijakan untuk meraih prestasi lebih tinggi lagi pada masa yang akan datang,” jelas dia. Salah satu siswa berprestasi, AHMAD NAZHIEF AS-SHOFY yang berhasil meraih nilai tertinggi mapel matematika USBN, Mulyadi Wibowo mengatakan prestasi yang diraihnya saat ini tidak akan bisa diraih tanpa kerja keras dan doa. Menurutnya dengan rajin dalam berdoa akan mempermudah langkah seseorang dalam berjuang menggapai tujuan. 

    Penguatan K13, SMA NEGERI 15 SEMARANG Adakan Kegiatan IHT

    Pelaksanaan Kurikulum 2013 (K13) yang sudah diimplementasikan secara bertahap oleh pemerintah melalui Kementerian Pendididikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menuntut guru supaya agar lebih aktif dalam upaya mengembangkan dan meningkatkan pembelajaran saat berada di kelas. 

    Hal itu membuat banyak sekolah secara intens memberikan pendampingan dalam bentuk kegiatan In House Training (IHT) bagi guru-guru di sekolahnya masing-masing, khususnya sekolah yang sudah menerapkan K13, termasuk SMA Negeri 15 Semarang. 

    Kegiatan In House Training SMAN 15 digelar di Aula sekolah selama dua hari, yaitu pada hari Senin s.d Selasa (10-11/7/2017). Acara IHT dibuka langsung oleh Kasi Bidang Kurikulum Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Jawa Tengah, Drs. Sutopo, M.Pd, yang sekaligus menjadi narasumber dalam acara IHT. 

    Peserta IHT diikuti oleh kepala sekolah, seluruh guru mata pelajaran dan para karyawan SMAN 15, dengan harapan terjadi sinergitas pendidikan dalam sekolah melalui kegiatan "Penguatan Kurikulum K13. Memberikan pembekalan untuk guru agar berhasil mempraktikkan konsep K13 di kelas, serta meningkatkan pemahaman substansi dan peran serta semua unsur sekolah sesuai dengan tugas dan fungsinya dalam pelaksanaan K13. Bersama-sama dalam melakukan refleksi terkait proses pembelajaran dan penilaian yang sedang dijalani di sekolah. 

    Melalui kegiatan IHT semoga dapat membawa SMAN 15 Semarang semakin bermutu. Sebagaimana yang disampaikan Drs. Sutopo, M.Pd. “Semoga dengan diselenggarakannya kegiatan IHT Penguatan Kurikulum 2013 di SMA Negeri 15 dapat meningkatkan mutu berdasarkan visi misi yang dimiliki oleh SMAN 15 Semarang,” Terangnya saat membuka acara IHT. 

    Materi IHT
    Kegiatan In House Training (IHT) pada hari pertama, materi yang disampaikan berkaitan tentang kebijakan Dinas Pendidikan Provnsi Jawa Tengah terkait dengan Kurikulum 2013 yang disampaikan oleh Drs. Sutopo, M.Pd.,. Dilanjut sosialisasi program sekolah tahun pelajaran 2017-2018 yang langsung dipimpin oleh Kepala Sekolah SMAN 15 Semarang, Sholeh Amin, S.Pd.,M.Pd. 

    Setelah itu, dilanjutkan kegiatan pendampingan guru semua mapel untuk menyusun RPP terbaru menurut K13 beserta penilaianya. Pendampingan difasilitasi oleh dua guru SMAN 15 Semarang sendiri yang sekaligus pernah menjadi Instruktur Implementasi K13, yaitu, Drs. Sadi, M.S.I, Instruktur Provinsi (IP) dan Mulyadi, S.Pd, Instruktur K13 kabupaten/kota (IKA). 

    Hari kedua, materi yang disampaikan berkaitan dengan pendidikan karakter. Materi pendidikan karakter dirasa sangat penting terkait kebijakan pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dalam Kurikulum 2013. Pendidikan karakter bukan hanya penting, tetapi mutlak dilakukan oleh setiap bangsa jika ingin menjadi bangsa yang beradab dan berhasil dalam upaya melahirkan generasi yang berkualitas. Sebagaimana yang disampaikan Dra. Endang. Pt, M.Pd., 

    “Pendidikan karakter menjadi sesuatu yang penting untuk membentuk generasi yang berkualitas. Pendidikan karakter merupakan salah satu alat untuk membimbing seseorang menjadi orang baik, sehingga mampu memfilter pengaruh yang tidak baik,” tuturnya. 

    Setelah materi yang disampaikan selesai, para guru semua mapel bersama-sama merumuskan dan membuat perangkat pembelajaran dari mulai Prota, Promes, Silabus dan RPP. Sebelum pembuatan dimulai, setiap guru berkumpul berdasarkan kelompok MGMP. 

    Bagi seorang guru, perlu menyadari bahwa penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran penting untuk disusun sendiri oleh guru. Sebagaimana yang disampaikan Drs. Sadi, M.S.I

    "Guru idealnya bisa membuat RPP sendiri karena dapat membuat guru fokus untuk pelajaran sesuai dengan kompetensi dasar. Guru jadi tidak perlu bicara kesana kemari yang tidak ada hubungannya dengan pembelajaran," Tegasnya.

    PRESTASI PASKIBRA SMA NEGERI 15 SEMARANG

    SMA Negeri 15 Semarang berhasil menggondol piala lomba tata upacara bendera dan baris-berbaris bagi generasi muda tingkat kota Semarang 2016. Dalam lomba ini, paskibra 15 (pasukan pengibar bendera SMA 15) bertengger di posisi pertama mengalahkan SMA N 3 dan SMK 7. 
    Sebelumnya, tim paskibra 15 mengikuti seleksi awal pada 20 februari. Dalam seleksi itu, paskibra 15 bersaing dengan sembilan SMA lain dan beberapa SMK se-Kota Semarang. Lomba yang di selenggarakan oleh Disospora itu dalam rangka memperingati HUT Kota Semarang ke-469. 
    Menanggapi kabar gembira itu, Bapak Soleh Amin, M.Si, M.Pd., selaku Kepala Sekolah SMA N 15 menyampaikan rasa syukur dan bangga terhadap anak didiknya tersebut. “Saya merasa senang dan bangga. Saya juga berterimakasih kepada anak-anak dan pembina serta pelatih paskibra yang sudah berjuang untuk nama baik sekolah,” ucapnya, di Semarang. Bahkan ketika lomba berlangsung pada 5 Maret lalu, kepala sekolah yang akrab di panggil Pak Sholeh itu tidak segan memberikan dukungan secara langsung. Dia menyempatkan hadir di SMA 2 (lokasi lomba) untuk mensuport anak didiknya. “Memang saya sempatkan hadir untuk memberikan dukungan pada anak-anak. Namun saya hanya sebentar, karena takutnya nanti malah anak-anak gerogi kalau lihat saya,”ucapnya. Selain itu, dia berharap siswa siswi SMA 15 juga dapat bersaing dalam bidang akademik.”Semoga setelah ini, anak-anak juga termotivasi untuk meningkatkan prestasi akademik,” pungkasnya. 
    Hal serupa juga diungkapkan oleh Bu Inawati, S.Pd, guru pembina paskibra 15. “Kami bersyukur, meskipun belum maksimal. Namun, hasil itu sudah dapat kami prediksi sebelumnya,”ungkapnya di Semarang. Dia juga menjelaskan, saat ini tim paskibra 15 sedang giat berlatih untuk mempersiapkan lomba tingkat karisidenan pada 23 Maret mendatang. “Memang kita saat ini sedang berlatih semaksimal mungkin untuk maju ke tingkat kerisidenan,”sambungnya. Sedikitnya akan ada enam pangkalan yang bertanding di tingkat karisidenan. “Untuk tingkat karisidenan besok, ada sekitar enam pangkalan. Diantaranya, Kendal, Demak, Semarang, Salatiga dan lain-lain,”kata Fauzi, salah satu anggota paskibra 15, menimpali. 
    Seperti ingin mengulang keberhasilan di masa lalu. Pada 2010 silam paskibra 15 sudah sampai ke tingkat propinsi. “Target kami selanjutnya adalah maju hingga tingkat propinsi,”ujar guru mata pelajaran bahasa Indonesia itu. Sebab, lanjut dia, 2010 lalu tim kami juga pernah maju sampai tingkat propinsi. 
    Rupanya SMA yang berlokasi di Kedungmundu raya ini bukan kali pertama berhasil menjuarai lomba paskibra. Hal itu dibuktikan oleh salah satu siswi terbaiknya, Tika Permata Murni. Dia mampu maju ke tingkat nasional. Gadis berwajah ayu itu maju sebagai pengibar bendera pada perayaan hari kemerdekaan di Istana Presiden tahun lalu. 

    1.500 Alumni meriahkan Sunday Fun Day SMA NEGERI 15 SEMARANG

    Alumni Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 15 Semarang persatukan alumni dari berbagai angkatan dalam acara Sunday Fun Day 2017, Minggu (15/10/2017).
    Setidaknya, ada 1.500 alumni dari angkatan pertama, yakni tahun 1994, hingga tahun 2017, berkumpul dalam acara yang digelar di lapangan SMAN 15 Semarang.
    Acara tersebut bertemakan 'Kita untuk Lima Belas, Lima Belas Adalah Kita' dan memiliki tagline 'Guyup Saklawase'.
    Ketua panitia sekaligus alumni angkatan 1994, Ario Widya, mengatakan, acara Sunday Fun Day 2017 merupakan pertama yang digelar alumni dengan konsep acara besar.
    "Biasanya, alumni hanya membuat acara kumpul per angkatan. Kali ini, kami kumpulkan semua alumni dan siswa yang masih aktif bersekolah di SMAN 15 Semarang," ujar Ario.
    Ia menambahkan, acara Sunday Fun Day 2017 sebagai peringatan 26 tahun berdirinya SMAN 15 Semarang.
    "Kegiatan ini juga kami maksudkan untuk memperingati hari Sumpah Pemuda yang diperingati setiap Oktober. Kami panitia alumni berkolaborasi dengan OSIS," tambahnya.
    Sementara, Kepala SMA Negeri 15 Semarang Soleh Amin mengungkapkan, satu diantara ciri pengelolaan sekolah yang modern yakni dapat bersinergi dengan alumni.